a. Latihan Fisik
Kondisi
fisik yang baik merupakan faktor yang mendasar untuk mengembangkan faktor
lainnya, sehingga akan mendukung pencapaian prestasi yang optimal. Hal senada
dikemukakan Andi Suhendro (2004: 4.1) bahwa, “ Kondisi fisik merupakan salah
satu syarat penting dalam meningkatkan prestasi seorang atlet, dan bahkan
sebagai keperluan yang sangat mendasar untuk meriah prestasi olahraga”.
Pentingnya peranan kondisi fisik untuk mendukung pencapaian prestasi olahraga,
maka harus dilatih dengan baik dan benar.
Latihan fisik pada umumnya memberikan
beban fisik pada tubuh secara teratur, sistematik, berkesinambungan sedemikian
rupa sehingga dapat meningkatkan kemampuan didalam melakukan kerja. Latihan
fisik yang teratur, sistematik dan berkesinambungan yang dituangkan dalam suatu
program latihan akan meningkatkan kemampuan fisik secara nyata. Berkaitan
dengan latihan fisik Dangsina Moeloek dan Arjatmo Tjokronegoro (1984: 12)
menyatakan, “ Latihan fisik adalah suatu kegiatan fisik menurut cara dan aturan
tertentu yang mempunyai sasaran meningkatkan efisiensi faal tubuh dan sebagai
hasil akhir adalah kesegaran jasmani”. Hal senada dikemukakan Andi Suhendro (2004:
3.7) bahwa, “ Latihan fisik adalah latihan yang ditujukan untuk mengembangkan
dan meningkatkan kondisi seseorang. Latihan ini mencakup semua komponen kondisi
fisik antara lain kekuatan otot, daya tahan kardiovaskuler, daya tahan otot,
kelincahan, kecepatan, power, stamina, kelentukan dan lain-lain”.
Latihan fisik merupakan salah
satu bagian latihan olahraga secara menyeluruh, yaitu untuk meningkatkan
prestasi olahraga serta untuk meningkatkan kesegaran jasmani. Dalam pelaksanaan
latihan fisik dapat ditekankan pada salah satu komponen kondisi fisik tertentu
sesuai tujuannya. Hal ini artinya, latihan fisik yang dilakukan harus bersifat
spesifik sesuai dengan karakteristik komponen fisik yang dibutuhkan untuk
tujuan tertentu.
b. Prinsip-Prinsip Dasar Latihan
Prestasi
dalam olahraga dapat dicapai melalui latihan secara intensif dan teratur.
Pelaksanaan latihan harus berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang benar.
Prinsip latihan merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan dalam
latihan yang terorganisir dengan baik. Berkaitan dengan prinsip-prinsip latihan
Sudjarwo (1993: 21) menyatakan, “ Prinsip-prinsip latihan digunakan agar pemberian
dosis latihan dapat dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak atlet”. Agar
tujuan latihan dapat dicapai secara optimal, hendaknya diterapkan
prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat.
Prinsip latihan pada dasarnya
merupakan suatu pedoman dalam memberikan beban latihan, sehingga beban latihan
dapat dilakukan dengan bain dan akan terjadi peningkatan. Pengembangan kondisi
fisik dari hasil latihan tergantung pada tipe dan beban latihan yang diberikan
dan tergantung dari kekhususan latihan. Adapun prinsip-prinsip latihan menurut
Andi Suhendro (2004: 3.9) antara lain:
1) Prinsip Beban Lebih (Over Load Principle)
Prinsip
beban lebih merupakan prinsip latihan yang harus dipenuhi. Prinsip beban lebih
merupakan prinsip latihan yang mendasar untuk memperoleh peningkatan kemampuan
kerja. Kemampuan seseoranga dapat meningkat jika mendapaat rangsangan berupa
beban latihan yang cukup berat, yaitu diatas dari beban latihan yang biasa
diterimanya. Andi Suhendro (2004: 3.10) menyatakan, “ Seorang atlet tidak akan
meningkat prestasinya apabila dalam latihan mengabaikan prinsip beban lebih”.
Sedangkan Rusli Lutan dkk (1992: 95) berpendapat:
Setiap bentuk latihan untuk
keterampilan tehnik, taktik, fisik, dan mental sekalipun harus berpedoman pada
prinsip beban lebih. Kalau beban terlalu ringan, artinya dibawah kemampuannya,
maka berapa lamapun atlet berlatih, betapa seringpun dia berlatih atau sampai
bagaimana capek pun dia mengulang-ulang latihan itu, prestasinya tidak akan
meningkat.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas
dapat disimpulkan bahwa, prinsip beban lebih bertujuan untuk meningkatkan
perkembangan kemampuan tubuh. Pembebanan yang lebih berat dari sebelumnya akan
merangsang tubuh untuk bradaptasi dengan beban lebih tersebut, sehingga
kemampuan tubuh akan meningkat. Kemampuan tubuh yang meningkat berpeluang untuk
mencapai prestasi yang lebih baik.
Salah satu hal yang harus tetap
diperhatikan dalam peningkatan beban latihan harus tetap diambang rangsang
latihan. Beban latihan yang terlalu berat tidak akan meningkatkan kemampuan
atlet, tetapi justru sebaliknya yaitu kemunduran kemampuan kondisi fisik atau
bahakan dapat mengakibatkan cedera.
2)
Prinsip Perkembangan Menyeluruh
Komponen
kondisi fisik merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan baik
dalam peningkatan maupun pemeliharaan. Perkembangan menyeluruh dari kemampuan
kondisi fisik merupakan dasar pembentukan prestasi, meskipun pada akhir tujuan
dalam latihan adalah kemampuan yang bersifat khusus, namun kemampuan yang
bersifat khusus tersebut haruslah didasari oleh kemampuan kondisi fisik secara
menyeluruh. Menurut Bompa yang dikutip Andi Suhendro (2004: 3.14) bahwa, “
Perkembangan menyeluruh merupakan prinsip latihan yang telah banyak digunakan
di dalam dunia pendidikan dan olahraga”.
Perkembangan menyeluruh merupakan
dasar bagi pelaksanaan program latihan setiap cabang olahraga. Prinsip
perkembang menyeluruh harus diberikan kepada atlet-atlet muda sebelum memilih
spesialisasi dalam cabang olahraga tertentu dan mencapai puncak prestasi.
Setelah perkembangan ini, maka atlet akan memasuki jenjang perkembangan
selanjutnya yaitu, spesialisasi pada cabang olahraga tertentu. Pada jenjang ini
atlet menggeluti karier olahraga yang paling tinggi, yaitu puncak penampilan
yang merupakan prestasi atlet dalam bidang olahraga.
3) Prinsip Spesialisasi
Pada
dasarnya pengaruh yang ditimbulkan akibat latihan itu bersifat khusus, sesuai
dengan karakteristik gerakan keterampilan, unsur kondisi fisik dan sistem
energi yang digunakan selama latihan. Pendapat yang dikemukakan Bompa dalam
Andi Suhendro (2004: 3.17) menyatakan:
Spesialisasi
latihan olaharaga dianjurkan sebagai aktivitas-aktivitas motorik khusus. Ada dua hal yang harus
diperhatikan dalam spesialisasi yaitu: (1) melakukan latihan khusus sesuai
dengan karakteristik cabang olahraga. Misalnya pemain bola melakukan latihan
secara khusus terhadap kemampuan dribble,
shooting, dan (2) melakukan latihan mengembangkan kemampuan motorik yang
dibutuhkan oleh cabang olahraga yang menjadi spesialisasinya. Misalnya
latihan-latihan fisik khusus sesuai dengan cabang olahraga yang ditekuni.
Berdasarkan prinsip spesialisasi
latihan dapat disimpulkan bahwa, program latihan yang dilaksanakan harus
bersifat khusus, disesuiakan dengan tujuan yang akan dicapai. Bentuk latihan
yang dilakukan harus memiliki cirri-ciri tertentu sesuai dengan cabang olahraga
yang akan dikembangkan, baik pola gerak, jenis kontraksi otot maupun kelompok
otot yang dilatih harus disesuaikan dengan jenis olahraga yang dikembangkan.
4) Prinsip Individual
Manfaat latihan akan lebih
berarti, jika didalam pelaksanaan latihan didasarkan pada karakteristik atau
kondisi atlet yang dilatih. Perbedaan antara atlet satu dengan yang lainnya
tentunya tingkat kemampuan dasar serta prestasinya juga berbeda. Oleh karena
perbedaan individu harus diperhatikan dalam pelaksanaan latihan. Menurut Andi
Suhendro (2004: 3.20) menyatakan, “ Prinsip individual merupakan salah satu
syarat dalam melakukan olahraga kontemporer. Prinsip ini harus diterapkan
kepada setiap atlet, sekalipun atlet tersebut memiliki prestasi yang sama.
Konsep latihan ini harus disusun dengan kekhususan yang dimiliki setiap
individu agar tujuan latihan dapat tercapai”.
Berdasarkan pendapat tentang
prinsip individual dapat disimpulkan bahwa latihan yang ditetapkan harus
bersifat individual. Manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan
yang diterapkan direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan
kondisi atlet.
5) Prinsip Latihan Bervariasi
Prestasi
yang tinggi dalam olahraga dapat dicapai melalui proses waktu latihan yang cukup
lama. Latihan yang memakan waktu cukup lama tentu akan menimbulkan rasa jenuh
atau bosan bagi atlet. Untuk menghindari hal tersebut, maka pelatih harus dapat
merancang program latihan secara bervariasi, dengan tujuan atlet tetap senang
dalam mengikuti latihan. Konsep ini harus dipegang teguh oleh seorang pelatih,
agar atlet selama mengikuti latihan merasa senang dan dapat berkonsentrasi
mengikuti latihan.